Langsung ke konten utama

Lingkungan di Manajemen Perkantoran (Kendala dalam Lingkungan Manajemen Perkantoran)

3 Hambatan Terkait Lingkungan Manajemen Perkantoran

A. Ditinjau dari Pengembangan Karir Karyawan

Hambatan utama dalam mengembangkan karir sering menjadi suatu persoalan yang tidak disadari sepenuhnya oleh karyawan. Banyak karyawan mengeluh karirnya yang tidak beranjak lebih baik dengan menyalahkan kondisi lingkungan. Beberapa hambatan utama yang ditemui dalam pengembangan karir sebagai berikut :

1. Kurangnya rasa percaya diri : Dalam strruktur organisasi di perusahaan secara umum berlaku sistem piramida. Semakin tinggi jabatan maka jumlah jabatan yang tersedia semakin sedikit sehingga semakin kompetitif. Menghadapi kompetisi untuk mengisi jabatan yang lebih tinggi memerlukan kepercayaan diri yang tinggi. Rasa tidak yakin akan kompetensi diri ini membuat kurang optimalnya dalam proses seleksi pengisian jabatan.

2. Kebiasaan dan perilaku buruk : Penilaian-penilaian informal yang beredar di lingkungan kantor juga banyak mempengaruhi keputusan manajemen dalam menentukan pejabat yang tepat. Adakalanya seseorang memiliki kompetensi yang mumpuni, namun tidak diimbangi dengan sikap kerja yang baik seperti kurangnya rasa tanggung jawab, sering tidak ada di tempat, malas, suka terlambat, dan lain sebagai nya. 

3. Kurangnya informasi untuk mengembangkan karir : Seseorang kadang tidak memahami jalur karir di perusahaan sehingga kurang focus untuk mempersiapkan kompetensi pribadinya menuju jalur karir berikutnya yang lebih tinggi. Selain itu, kriteria-kriteria  dan persyaratan untuk mendapatkan promosi jabatan sering tidak dipahami. Apakah suatu jabatan yang lebih tinggi memerlukan persyaratan-persyaratan semacam sertifikasi, pelatihan khusus, lamanya masa kerja, dan lain sebagainya.

5. Tujuan karir dan nilai-nilai diri yang tidak selaras : Apa yang kita inginkan dalam 5 tahun ke depan? Nilai-nilai apa yang anda hargai dalam hidup?  Apakah yang dianggap penting dalam hidup? Apakah selaras, mendukung tujuan karir? Jika selaras maka akan memberikan daya dorong yang kuat untuk sukses mencapai tujuan yang diinginkan.

6. Kurangnya Kesadaran Diri tentang  Kekuatan-kekuatan diri, Pengetahuan, keterampilan diri : Hal ini menghambat seseorang untuk menemukan tujuan kariri yang cocok untuk dirinya. Kecocokan dengan aspirasi dan kemampuan diri ini sangat penting, menentukan apakah dalam menjalani karirnya seseorang akan mencurahkan energi secara maksimal atau tidak.

7. Ketidakmampuan Berkomunikasi Secara Efektif : Masalah terbesar dalam lingkungan serba cepat, beban kerja yang tinggi dan informasi yang membludak adalah adalah ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif. Kesalahan dalam komunikasi terletak pada tidak jelasnya pesan seperti yang dimaksudkan pemberi pesan. Solusinya adalah luangkan waktu untuk mengkomunikasikan pesan Anda dengan jelas dan efektif.

8. Kurangnya Jaringan yang mendukung : Dalam buku 7 Keajaiban Rezeki karya Ippho Santosa, salah satu yang mentukan kesuksesan kita adalah apa yang disebut sebagai sepasang bidadari, yaitu keberadaan keluarga yang member dukungan terhadap karir kita. Tak kalah pentingnya juga adalah jejaring di lingkungan Kantor. Tak jarang keputusan diambil berdasarkan rekomendasi teman atau atasan yang “mengenal” kita.

B. Ditinjau dari Komunikasi dalam Perkantoran

1. Internal
 a). Bentuk komunikasi Formal, Informal
 b). Komunikasi yang sudah direncanakan masing-masing bagian (surat, , memo) mengikuti prosedur suatu organisasi
 c). Komunikasi yang sudah direncanakan dengan pihak luar (surat, laporan, memo, pidato, website, maupun press release)

2. Eksternal
 a). Komunikasi kasual yang terjadi antar anggota organisasi (face to face, telepon) yang tidak  mengikuti prosedur suatu organisasi
 b). Komunikasi kasual yang berlangsung dengan pelanggan, penyalur, investor (face to face, telepon)
 c). Perbedaan bahasa dan persepsi.
 d). Gangguan komunikasi (gangguan fisik dan emosional)
 e). Overload informasi. Penyaringan yang tidak tepat.

C. Ditinjau dari Pelayanan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Perkantoran

1. Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :
Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar. Banyak pekerja tidak menuntut jaminan K3 karena SDM yang masih rendah.

2. Hambatan dari sisi perusahaan :
Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau operasional dan meningkatkan efisiensi pekerja untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar -besarnya. Walaupun K3 sudah dianggap penting dalam aspek kegiatan operasi namun didalam pelaksanaannya masih saja ditemui hambatan serta kendala-kendala. Hambatan tersebut ada yang bersifat makro (di tingkat nasional) dan ada pula yang bersifat mikro (dalam perusahaan).


1. Hambatan makro. Di tingkat nasional (makro) ditemui banyak faktor yang merupakan kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya program keselamatan kerja antara lain :

 a). Pemerintah : Masih dirasakan adanya kekurangan dalam masalah pembinaan (formal & non formal), bimbingan (pelayanan informasi, standar, code of pratice), pengawasan (peraturan, pemantauan / monitoring serta sangsi terhadap pelanggaran), serta bidang-bidang pengendalian bahaya.

 b). Teknologi : Perkembangan teknologi perlu diantisipasi agar bahaya yang ditimbulkannya dapat diminimalisasi atau dihilangkan sama sekali dengan pemanfaatan ketrampilan di bidang pengendalian bahaya.

 c). Sosial budaya : Adanya kesenjangan sosial budaya dalam bentuk rendahnya disiplin dan kesadaran masyarakat terhadap masalah keselamatan kerja, kebijakan asuransi yang tidak berorientasi pada pengendalian bahaya, perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mengerti terhadap bahaya-bahaya yang terdapat pada industri dengan teknologi canggih serta adanya budaya “santai” dan “tidak peduli” dari masyarakat atau dengan kata lain belum ada “budaya” mengutamakan keselamatan di dalam masyarakat / pekerja.

2. Hambatan mikro. Masalah yang bersifat mikro yang terjadi di perusahaan antara lain terdiri dari :

 a). Kesadaran, dukungan dan keterlibatan : Kesadaran, dukungan dan keterlibatan manajemen operasi terhadap usaha pengendalian bahaya dirasakan masih sangat kurang. Keadaan ini akan membudaya mulai dari lapis bawah sehingga banyak para karyawan memilki kesadaran keselamatan yang rendah, disamping itu pengetahuan mereka terhadap bidang rekayasa dan manajemen keselamatan kerja juga sangat terbatas. Ditambah lagi anggapan bahwa K3 adalah cost center yang padahal sebenarnya justru sebaliknya.

 b). Kemampuan yang terbatas dari petugas keselamatan kerja : Kemampuan petugas keselamatan kerja dibidang rekayasa operasi, rekayasa keselamatan kerja, manajemen pengendalian bahaya dirasakan sangat kurang sehingga merupakan kendala diperolehnya kinerja keselamatan kerja yang baik. Akibat daripada kekurangan ini terdapatnya kesenjangan antara makin majunya teknologi terapan dengan dampak negatif yang makin tinggi dengan kemampuan para petugas keselamatan kerja dalam mengantisipasi keadaan yang makin berbahaya. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya pengembangan SDM di bidang K3 atau kurang dikembangkannya perkembangan dunia pendidikan di bidang ini.

 c). Standard (code of practice) : Masih kurangnya standard-standard dan code practice di bidang keselamatan kerja serta penyebaran informasi di bidang pengendalian bahaya industri yang masih terbatas akan menambah memperbesar resiko yang dihadapi.



Sumber : 
https://herdyantismi.wordpress.com/2013/11/26/penerapan-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-yang-baik-dalam-perusahaan/, Di Akses tanggal 12 Desember 2014
http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/01/hambatan-dalam-k3.html, Di Akses tanggal 12 Desember 2014
Chaniago, H. (2013). Arsip. In H. Chaniago, Manajemen Kantor Kontemporer (pp. 142-168). Kabupaten Bandung Barat: Akbar Limas Perkasa.
Gie, T. L. (2007). Administrasi Perkantoran Modern – (Edisi Keempat (Dengan Tambahan). Yogyakarta: Liberty.
Harsono. (2005). Administrasi Perkantoran 1. Sumedang: Alqaprint Jatinangor.
Harsono. (2005). Administrasi Perkantoran 2. Sumedang: Alqaprint Jatinangor.
Nuraida, I. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.

Komentar

Posting Komentar